Judul Cerpen Serangan Zombie
Cerpen Karangan: Hernita Sari Pratiwi
Kategori: Cerpen Fantasi, Cerpen Horor
Cerpen Karangan: Hernita Sari Pratiwi
Kategori: Cerpen Fantasi, Cerpen Horor
Hari ini ada yang lain dengan orangtuaku. Kalian tau? Sejak kemarin wajah mereka terlihat aneh. Pandangan mereka sangat kosong. Kulit mereka penuh dengan luka di tangan, wajah, dan kaki. Mengerikan! Mereka terlihat seperti mayat hidup. Kedua tangan mereka terjulur ke depan. Jalan
mereka terpincang-pincang. Mulut mereka pun tidak henti-hentinya mengaum bak binatang buas. Pagi tadi mereka seperti hendak menyerangku. Aku kaget. Aku pikir mereka ingin membangunkanku untuk sarapan pagi. Tetapi, kurasa tidak. Mana mungkin Ayah dan Ibu membangunkanku dengan cara seperti itu? Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari ke luar untuk mencari pertolongan. Tetapi nyatanya, keadaan di luar pun begitu lengang. Benar-benar sepi. Kemana perginya semua orang?
Aku putarkan pandanganku ke segala arah. Berharap ada seseorang yang mau dan bisa kumintai tolong. Tapi sepertinya, itu sia-sia saja. Kulihat dari tadi tidak ada satu orang pun yang berlalu-lalang di sekitarku. Astaga! Tempat ini persis seperti kota mati! Namun, tiba-tiba saja ada seorang gadis kecil berambut panjang kemerahan datang menghampiriku dan menangis. Rambutnya acak-acakkan. Hampir di seluruh wajahnya dipenuhi debu dan kotoran. Pakaian yang dikenakannya pun terlihat lusuh dan juga berantakan. Apa yang terjadi dengan anak ini?
“Hiks… hiks, semua orang terlihat aneh. Wajah mereka sangat mengerikan. Aku takut!” ucapnya sambil terisak.
Aku dekati anak itu. Lalu aku tatap matanya dengan lembut seraya menenangkannya.
“Siapa namamu, dik? Kenapa kamu ada disini?” tanyaku.
Gadis itu menjulurkan tangannya padaku. “Namaku Lisa. Aku ingin mencari obat untuk ibu dan kakakku.” jawabnya.
Aku balas jabatan tangannya sambil mengerutkan kening. Obat? Untuk apa?
“Aku Rosiana Gilbert. Kamu bisa panggil aku Rose.” balasku seraya tersenyum.
Gadis kecil yang bernama Lisa itu mengangguk. Tak berapa lama, isak tangisnya berhenti. Syukurlah! Kemudian aku melanjutkan ucapanku. “Apa maksudmu dengan obat? Untuk apa memang?”
“Untuk memusnahkan virus zombitinus yang terjangkit di daerah ini!” jawabnya lagi.
Keningku semakin berkerut. Virus zombitinus? Apa itu? Aku belum pernah dengar sebelumnya. Apakah mungkin virus itu yang membuat anehnya sikap kedua orangtuaku?
Kini Lisa terlihat gelisah. Tidak ada lagi air mata yang mengalir di pipinya. Tapi matanya terus saja berpandangan ke segala arah. “Ayo, Rose! Kita harus cepat mendapatkan obat itu! Sebelum nanti semuanya terlambat!” desaknya dengan panik.
Aku benar-benar bingung. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan. Mungkin sebaiknya aku ikuti anak ini dan mencari obatnya. Siapa tau dengan obat itu, aku bisa menyembuhkan orangtuaku juga.
“Tapi Lisa, di mana kita bisa mendapatkan obat itu?” tanyaku lagi.
Tapi Lisa hanya diam tidak bergeming. Matanya terus saja melihat ke depan. Kulihat kedua alisnya saling bertautan. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.
“Kita harus ke rumah sakit Santa sekarang! Kuharap obat itu masih ada. Karena hanya di sana satu-satunya harapan kita sekarang!” gumamnya seraya membalikkan badannya lalu melangkah meninggalkanku yang masih terdiam di tempat.
Rumah sakit Santa? Itu kan rumah sakit khusus penderita Necrosis! Jangan bilang obat itu ada di sana!
“Ayo, Rose! Cepat! Tunggu apa lagi!? Waktu kita tidak banyak!” teriak Lisa lagi dengan panik. Lalu ditariknya tangan kiriku dengan kencang.
Ya Tuhan, aku harap situasinya tidak menjadi lebih buruk lagi dari ini. Ya, semoga saja!
Dan akhirnya di sinilah kami, di sebuah ruangan kecil di rumah sakit. Kurasa ini adalah ruangan operasi. Karena dari tadi aku melihat banyak sekali peralatan operasi di meja. Keadaan di sini pun juga sama seperti tadi. Benar-benar lengang. Sedari tadi kami tidak melihat satu orang pun. Aku jadi heran. Kemana sih, perginya orang-orang? Tidak mungkin kan, mereka semua menghilang tanpa sebab. Apa jangan-jangan rumah sakit ini memang berhantu? Hii… memikirkannya saja, bulu kudukku sudah merinding. Lisa yang kini berada di pojok ruangan itu pun masih sibuk menggasak benda apa saja yang dia temui di situ. Matanya mengerjap gelisah.
“Tidak mungkin! Kenapa tidak ada? Di mana sebenarnya obat itu!?” desisnya lagi dengan panik. Semua alat-alat rumah sakit pun ikut berjatuhan ke lantai. Sepertinya Lisa tidak menemukan obat itu di sana.
Aku menghampirinya. Lalu kutepuk bahunya dengan pelan sembari mengajaknya ke luar dari sini.
“Mungkin bukan di sini. Ayo, kita cari di tempat lain!” kataku tersenyum seraya melangkah ke luar mendahuluinya.
Lisa pun mengangguk. Diikutinya aku dari belakang. Lalu diraihnya tangan kiriku, berusaha untuk menyusulku. Kusadari tangannya kini begitu dingin. Dingin sekali seperti batu es. Mukanya pun berubah pucat. Keringatnya mengucur dengan deras di dahinya. Aku jadi khawatir.
“Kamu tidak apa-apa, Lisa?” tanyaku.
Lisa hanya menggelengkan kepalanya. Lalu meneruskan perjalanan.
Terasa pikiran buruk mulai merasuki pikiranku saat ini. Kuperhatikan ada satu goresan luka kecil di lengan kanannya. Luka itu seperti luka gigitan.
“Luka apa itu di lenganmu, Lis?” lirikku padanya.
Tapi kudapati Lisa hanya diam tidak menjawab. Tiba-tiba Lisa menghentikan langkahnya. Ditundukkan wajahnya ke bawah. Rambutnya yang panjang menutupi sebagian dari wajahnya. Lalu, kudengar suara auman keluar dari mulut Lisa.
“Arrgghh…”
Ohh, tidak!
Kumundurkan langkahku perlahan menjauhi Lisa. Astaga! Jantungku kini berdegup dengan kencang. Kedua lututku terasa bergetar dengan hebatnya.
Lisa pun balik badan. Kini wajahnya berubah. Wajahnya persis seperti orang mati. Matanya menatapku dengan pandangan kosong. Warna di kedua matanya berubah merah. Benar-benar merah seperti darah. Kedua tangannya terjulur ke depan. Mulutnya pun kini terbuka dengan lebar. Seakan hendak menangkap dan mengigitku. Dia berjalan ke arahku dengan terpincang-pincang. Ya Tuhan! Aku baru sadar, kini Lisa berubah menjadi zombie. Pasti ada yang menggigitnya tadi sebelum dia menemukanku.
Tak berapa lama auman di mulut Lisa menjadi semakin kencang.
“Heghh… arrggghh…”
Ya Tuhan! Aku harus melarikan diri sekarang! Aku tidak mau menjadi zombie!!
Kupandangi seluruh lorong rumah sakit ini dengan panik. Aku harus kabur dari sini! Tapi di mana jalan keluarnya?
Perlahan langkah Lisa semakin dekat denganku. Dan aku terus memundurkan langkahku sebisa mungkin untuk menjauhinya. Sekaligus mencari kesempatan bagus untuk melarikan diri.
Tetapi… ah, sial! Aku terperangkap. Aku tidak bisa mundur lagi sekarang. Di belakangku berdiri sebuah tembok besar. Ya Tuhan! Ini jalan buntu!
Aku semakin panik. Nafasku tercekat. Keringatku mengalir dengan deras di wajah dan leherku.
Kini Lisa sudah berada tepat di hadapanku. Tangannya terus berusaha menggapai tubuhku. Tapi sebelum itu, aku berhasil mendorongnya hingga terjatuh.
BRUK!
Yes! Aku berhasil! Sekarang waktunya untuk melarikan diri! Terima kasih Tuhan!!!
Kutinggalkan Lisa yang kini berusaha bangun untuk mengejarku. Kesempatan ini tidak akan aku sia-siakan. Aku langsung berlari kencang ke depan seraya mencari jalan ke luar.
Suasana di rumah sakit ini benar-benar dingin dan lembab. Membuat semua bulu kudukku kembali meremang. Tetapi, ini bukan saatnya untuk takut. Yang penting, aku harus segera cepat pergi dari sini!
Namun tiba-tiba ketika aku sudah mencapai depan lorong, ohh… astaga! Tidak! Ini tidak mungkin! Banyak sekali para manusia zombie di sini. Mereka semua berkumpul membentuk barisan yang menghalangiku untuk ke luar. Jalan mereka terpincang-pincang. Mulut mereka terus mengaum seperti layaknya binatang buas. Mereka semua berjalan tertatih-tatih mendekatiku. Ya Tuhan! Apa lagi ini?
Aku kembali memundurkan jalanku. Berusaha menjauh dari para zombie itu. Tetapi… kini aku benar-benar terperangkap. Ketika aku terus memundurkan jalanku, di belakangku sudah berdiri Lisa yang juga terus berusaha untuk menggigitku.
“Hegh… arrgghh… arrr…”
Oh, tidak! Aku di kepung para zombie!! Siapa saja, tolong aku!!!
THE END
*Necrosis adalah suatu kondisi dengan banyak kemungkinan penyebab yang berbeda. Seperti kanker, racun, cedera, atau infeksi yang menyebabkan kematian sel prematur. Penyakit ini membuat penderitanya menjadi seperti mayat hidup, karena secara teknis sebagian tubuhnya telah mati. Kecuali otak, jantung, dan seluruh organ vital.
Sumber: www.cerpenmu.com
No comments:
Post a Comment