Tuesday, October 11, 2016

Sebastian (Sebatas Teman Tanpa Kepastian)

Judul Cerpen Sebastian (Sebatas Teman Tanpa Kepastian)
Cerpen Karangan: Irma Nuraeni
Kategori: Cerpen Cinta Romantis



Gadis cantik itu terduduk di sebuah bangku putih menjulang panjang. Angin semilir berhembus hingga membuat helaian demi helaian rambut indahnya seolah menari terbawanya.
Sekilas gadis itu tersenyum menatap layar benda pipih di tangannya. Rasanya bagai melayang ke langit tertinggi. Setelah sadar dengan aktivitasnya, gadis itu segera memasukkan handphonenya ke dalam tas biru dongkarnya, ia lantas pergi meninggalkan bunga yang mengayun indah di tengah taman.

Pingg!!
Raina: apa lagi sih my prince, Hmmm?

Sebuah pesan berhasil terkirim, gadis yang bernama Raina itu kembali meninggalkan handphonenya yang tergeletak di queen sizenya.
Baru saja ia akan membuka knop pintu, suara pesan dari layar handphone langsung berbunyi, membuat gadis itu berjalan kembali ke arah tempat tidur.

Revan: malam jadi kan ke party-nya Raisa?
Raina: sipp, jadi kok, tenang aja, mas..
Revan: dih manggil mas, emang aku mas-mas tukang siomay
Raina: tau ah. Aku mau mandi dulu buat siap-siap nanti
Revan: aaa ikutt
Raina: Cih, Njs
Revan: jahat lu

Raina mengabaikan pesan terakhir yang sampai di chatt BBMnya, ia hanya terkekeh sendiri melihatnya. Tak mau pikir panjang, ia lantas menuju kamar mandi untuk segera mempersiapkan dirinya agar terlihat manis di acara Raisa, kebetulan sahabatnya itu malam ini akan mengadakan acara pertunangan dengan pasangannya, Reino.



“Raina, Revan udah ada di bawah nih” teriak mama Raina dari lantai bawah.

Sementara itu Raina masih sibuk membereskan tatanan rambutnya yang tergelung apik ke atas kepala. Ia terlihat sangat cantik menggunakan dress biru dongkar selutut tanpa lengan dengan high heels 10 cm yang membalut telapak kaki mulusnya. Raina tersenyum sekilas ke arah cemin, ia baru sadar bahwa seorang Raina Adrenda sangat menawan jika dipangkas seperti ini.

Dengan segera Raina turun ke ruang tamu, dilihatnya Revan sedang duduk sambil menyender ke sofa ruang tamu.

Revan menatap tak percaya ke arah Raina yang ia sudah sadari telah turun dari kamarnya. Sungguh indah ciptaan mu ini Tuhan, pahatan Tihan memang tidak pernah melenceng.

“woyy malah bengong, Yo cepet udah telat nih” ujar Raina berhasil membuyarkan pandangan kabur Revan yang hampir mati rasa melihatnya. Revan tersadar dari lamunannya, mereka segera berpamitan kepada mama Raina dan setelah itu Revan menancapkan gas mobil sedannya membelah jalanan ibu kota yang sekang lenggang di perjalanan.



“ciee, yang datang barengan” celetuk Raisa yang saat itu langsung menangkap sahabatnya sedang turun dari mobil Revan.
Raina menyusul Raisa yang sedang santai di meja bundar, Sementara Revan membuntutinya dari belakang.
“apaan sih lo Sa.. Ehh btw congratulation ya buat pertunangan lo ini”
“thanks ya. Oh ya kapan nih kalian nyusul, nggak mau gitu ikutin langkah gue. Masa mau kaya gini gini aja. Nggak capek apa sebastianan tiga tahun” ujar Raisa yang langsung mendelik kearah Revan yang masih diam membisu, sementara Raina diam-diam tertunduk malu.
“udah deh nggak usah malu-malu gitu, kalian cocok kok, lo juga Rai. Lo kan udah bilang pengen married di umur 21, lah sekarang lo udah 25 tahun. Sama yang ada aja deh.” Raisa terus menghoda dua insan yang sudah melting di hadapannya itu.
“udah deh Raisa, lo jangan terus ngomporin. Resek lo ah”
“Hahah iya iya, sorry. Yaudah kalian gabung aja sama yang lain, gue mau ke depan dulu. Bye” ujar Raisa yang kini sudah melangkahkan kakinya menjauh dari Revan dan Raina yang masih saling diam. Ini karena Raisa, andai dia tidak mengompor-ngompori. Huhh

Acara berjalan begitu lancar, acara tukar cincin pun telah usai dilaksanakan. Kini hanya tinggal untuk saling menikmati acara pesta yang lumayan meriah itu.

“Raina….” Raina menoleh ke belakang, dilihatnya ada Revan yang sedang berdiri tegak di hadapannya.
“ya? Kenapa Van?” tanya Raina dengan bingungnya, tak biasanya Revan memanggilnya begitu.
“Emmm gue… guee”
“gue?” tanya Raina meluruskan perkataan Revan yang sedikit bingung, ia tak mengerti dengan sikap Revan.
“gue mau jujur sama lo…”
“jujur? Maksud lo apa?”
“gue… Sebenernya, gue udah suka sama lo Raina. Bukan maksud gue, gue… nggak bermaksud mau kaya gini. Tapi…” ujar Revan dengan setengah menahan gugupnya, ia meraih kedua tangan Raina dan ia genggam erat. “Gue sayang sama lo Rain, lo nggak bisa tahu perasaan gue selama ini. Rasa ingin memiliki itu selalu ada di dalam diri gue, gue udah terlanjur jatuh pada hati yang lo kasih secara diam-diam. Gak, gue nggak mau jadi pengecut ataupun jadi seorang PhP. So, will you marry me, Raina?”

Seketika Raina terdiam terpaku melihat Revan, sungguh ia tak terpikir Revan akan melakukan hal yang selama ini tidak ia sangka. Jika bisa jujur, Raina memang juga jatuh cinta pada Revan, namun ia terus menunggu sampai akhirnya penantiannya berpuncak pada detik ini juga.

“Ciee udah deh terima aja Rain, cepet” teriak Raisa dari kejauhan.

Perlahan Raina memgulurkan tangannya dan memeluk Revan, ia sangat bahagia. Statusnya sekarang bukan lagi sebagai Sebastian tapi sebagai Future Wife seorang Revan.

No comments:

Post a Comment