Cerpen Karangan: Amilya Sukasah
Kategori: Cerpen Cinta
Waktu menunjukkan pukul 22.01 WIB. Cuaca malam ini cukup gerah. Memang sekarang sudah memasuki musim kemarau. Bosan menonton tv aku segera naik ke kamarku di lantai dua. Kuambil ponselku dan membuka pintu yang yang menghubungkan kamar dan balkonku. “Hmm cari angin sebentar deh sambil BBMan sama Shanti” gumamku.
Namaku Diko Aditya, aku seorang mahasiswa Semester 6. Dan Shanti Novita Putri adalah kekasihku, dia juga mahasiswa semester 6 aku dan Shanti satu Universitas namun berbeda Fakultas. Aku Fakultas Tekhnik dan Shanti di Fakultas Ilmu Pendidikan. Sudah 6 bulan aku menjalin hubungan dengan Shanti. Shanti adalah gadis yang manis dan ceria. Kami sudah lama saling kenal. Namun aku baru berani mengungkapkan isi hatiku 6 bulan belakngan ini.
Awal menjalin hubungan dengannya aku merasa bahagia hari-hari kami jalani dengan begitu indah. Namun akhir-akhir ini Shanti sedikit berubah. Dia mulai menampakkan sikapnya yang egois dan pemarah. Aku telat menjemputnya saja aku sudah kena omel, kadang rasanya ingin kuakhiri hubungan dengannya namun rasa cintaku kepadanya begitu besar.
Dreeet.. Dreeet.. Ponselku bergetar, kulihat di layar ponselku pesan BBM dari Shanti, “kamu ke mana aja sih? Aku udah lama nunggu kamu di sini kalo kamu gak mau jemput aku, biar aku pergi naik taksi aja. Bete tau nungguin kau”. Begitu isi pesan dari Shanti. Oh Tuhan aku lupa, hari ini aku ada janji dengannya untuk mengantar Shanti ke toko kue langganan Ibunya. Aku hanya membaca pesan tersebut tanpa membalasnya. Kusambar kunci mobil yang terletak di atas meja di kamarku. Kupacu mobilku dengan kecepatan tinggi berharap bisa cepat sampai rumah Shanti segera. Saat dalam perjalanan ponselku berdering kulirik ponselku ternyata Shanti menelfonku. Tak kuhiraukan ponselku aku fokus mengendarai mobilku.
Sampai di depan rumah Shanti kulihat Shanti duduk di serambi rumahnya sambil memasang wajah cemberut. Aku ke luar mobil dan menghampiri Shanti. “Sayang maafin aku, aku bener-bener lupa kalo hari ini udah janji mau anterin kamu ke toko kue” kataku dengan wajah memelas. “Diko, udah 2 jam aku nungguin kamu di sini, kamu nggak nongol juga, di BBM cuma ngeRead doang, diteleponin nggak diangkat, mau kamu apa sih? Selalu aja lupa kalo kita ada janji. Aku capek kayak gini terus tau nggak? Lebih baik kita putus aja deh”. Ungkap Shanti. Kata-kata Shanti seketika membuat tubuhku lemas “maafin aku Shan” “kamu selalu maaf dan maaf aja, udah deh aku capek, mendingan kamu pulang aku udah nggak mood mau jalan sama kamu, kita putus!” Bentak Shanti sambil masuk ke dalam rumahnya. Aku hanya termangu di serambi rumah Shanti. “Oh tuhan apa ini akhir dari kisah cintaku dengan Shanti, gadis yang amat kucintai tega mengakhiri hubungan ini karena hanya masalah seperti ini.
2 bulan kemudian
Aku dan Veri sohibku sedang duduk di kantin, tiba-tiba “Ko lo liat tu Shanti sama Dava, udah deket aja tuh mereka, udah jadian kali ya?” Ucap Veri sambil memukul pundakku. Aku tak menghiraukan ucapannya, namun rasa ingin tau ku membuat mataku melihat ke arah Shanti. Hatiku seakan hancur melihat kenyataan di depanku. Begitu mudahnya Shanti melupakanku dan sekarang sudah menjalin hubungan dengan Dava teman sekelasku. Sedangkan aku sampai detik ini pun aku belum bisa melupakan Shanti. Apakah begitu besar rasaku padamu sehingga susah sekali bagi diriku melupakanmu. “Biarkan saja mereka, nggak perlu lo pedulikan” gumamku seakan aku sudah bisa melupakan Shanti. “Terus apa lo udah punya penggantinya Shanti ko?” Tanya Veri. Aku hanya diam tak menghiraukan pertanyaan Veri.
Pagi itu cerah, aku berjalan menuju kelasku, tiba-tiba di belakangku ada seorang gadis berhijab yang berjalan terburu-buru sehingga menabrakku yang ada di depannya. “Maaf aku tidak sengaja”. Aku hanya diam tak menjawab. Aku hanya memandang wajahnya dengan ekspresi datar. Mungkin karena aku diam saja, dia meninggalkanku dan terus berjalan cepat. Aku baru ingat gadis berhijab yang menabrakku adala Dita, cewek yang aktif di kampus. Banyak mengikuti berbagai organisasi kampus, dan pastinya memiliki wajah yang sangat cantik.
“Eh ver, lo tau Dita nggak?” Aku bertanya kepada Veri saat kami berada di parkiran. “Oh cewek yang cantiknya kebangetan itu? Hahaha.. Ya gue tau lah, masa gue nggak tau sih, kenapa? Lo naksir sama Dita?” “Nggak kok, gue kagum aja sama dia, cewek secantik itu rela banget ngabisin waktunya di kampus, ngikutin berbagai kegiatan kampus yang pastinya nyita waktu banget. Kalo cewek cantik kebanyakan tu hobinya ke mall, ke salon”. “Kok lo tiba-tiba peduli gitu sama Dita ya, lo suka kan sama dia. Ngaku aja lo haha..” Ejek veri. “Apaan sih lo”.
Saat di perpustakaan “eh kamu Diko kan?” Tiba-tiba ada suara mengagetkanku, suaranya begitu lembut. Aku menoleh ke samping kiriku dan ternyata Dita sudah berada di sampingku dengan wajah yang tersenyum, senyumnya begitu indah ditambah wajahnya yang sangat cantik membuat siapa saja yang memandangnya seketika terpesona. “Iya aku Diko” jawabku sambil membalas senyumnya, “kenalin aku Dita, aku yang nabrak kamu kemarin sorry banget ya? Kamu belum jawab permintaan maafku kemarin kan?” Ujar Dita seraya menjulurkan tangannya “aku Diko, iya udah aku maafin kok” jawabku sambil membalas uluran tangannya.
Setelah perkenalan singkat di perpustakaan itu aku dan Dita jadi semakin dekat. Kami sering pergi berdua dan sering mengerjakan tugas bersama. Dita adalah gadis yang periang, apa adanya, cuek dan humoris, dia selalu membuatku tertawa dengan tingah-tingkah konyol yang kadang dia lakukan. Kedekatanku dengan Dita membuat aku bisa melupakan sakit hatiku dengan Shanti, ya Shanti aku sudah tidak pernah memikirkan Shanti lagi, toh mungkin dia sudah bahagia dengan Dava jadi untuk apa lagi aku harus mengingatnya. Semakin lama aku mengenal dan dekat Dita semakin tumbuh benih-benih cintaku. Aku berniat untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Akhirnya aku mengajak Dita ketemuan di cafe minggu siang.
“Sorry, udah lama ya nunggunya?” Sapaan Dita membuyarkan lamunanku. Siang itu Dita sangat cantik dia menggunakan kaos panjang berwarna pink hingga lutut, serta memakai celana jeans dan pastinya dengan hijabnya yang membuatku tak pernah bosan saat memandangi wajah cantiknya Dita. “Eh Dita, nggak kok aku juga baru aja nyampe”. Jawabku sambil tersenyum. “Oh iya, katanya mau ngomongin sesuatu, emangnya mau omongin apa ya?” Tanya Dita. Aku hanya diam membisu sambil memandang wajah cantiknya Dita. “Dikoooo.. Kamu dengar nggak sih aku ngomong?” Aku terkesiap “iya Dita, maaf, hmmm… Gini Dita kita kan udah beberapa bulan ini dekat, sering jalan bareng, aku nyaman sama kamu, dan tiba-tiba rasa itu muncul tanpa aku sadari, aku sayang sama kamu dit, apa kamu mau jadi kekasihku? Mengisi kekosongan hatiku saat ini” kata-kata itu keluar dari mulutku dengan lancarnya. Seketika Dita diam membisu tak berkata. Kulihat wajahnya bersemu merah. “A-aku kira, cuma aku yang punya rasa ke kamu, ternyata rasa ini tak bertepuk sebelah tangan, a-aku mau jadi kekasihmu” jawab Dita dengan terbata-bata. Seketika perasaanku terbang tinggi ke langit menari-nari di atas awan dengan riang gembira. Aku tersenyum sambil meraih tangan Dita dan menggenggamnya.
Sudah seminggu aku dan Dita menjadi sepasang kekasih. Hari-hari yang ku jalani bersamanya sangat indah. Tok.. Tok.. Pintu kamarku diketuk “Diko ada yang cariin kamu tuh di ruang tamu” ibuku memanggilku dari balik pintu kamar, “iya bu tunggu sebentar” siapa sih minggu pagi begini pake acara bertamu segala, ganggu orang istirahat aja, mana hujan lagi. Umpatku. Saat aku menuruni anak tangga kulihat Shanti duduk di ruang tamu. “Shanti?” Belum selesai aku berbicara Shanti sudah bangkit dari duduknya dan berjalan mendekatiku seraya memelukku. “Diko aku kangen banget sama kamu sayang, maafin aku udah putusin kamu kemarin?” Tangisnya sambil masih memelukku.
Kubiarkan dia menangis, setelah puas menangis ku ajak dia duduk. “Kamu kenapa Shan? Ada masalah sama Dava?” Tanyaku. Masih dengan sisa tangisnya Shanti menjawab. “Aku kangen banget sama kamu, aku nyesel udah mutusin kamu Diko, ternyata Dava cowok berengsek, dia cuma mau manfaatin aku aja, dia selalu minta ini itu, dia kasar banget sama aku, semalam kami ribut besar dan Dava mukulin aku.” Ucap Shanti sambil menunjukkan luka memar yang ada dilengan kanannya. Aku hanya termangu memandang Shanti. “Lalu kenapa kamu ke sini Shanti?” “Aku mau kita balikan, aku mau kita jalani hubungan kayak dulu lagi Diko, please kembali sama aku.” Aku tersenyum “aku memang sangat mencintaimu Shanti. Bahkan saat kita sudah tidak bersama lagi. Setiap hari hanya kamu yang ada di pikiran aku. Hari-hari yang kujalani begitu hampa” kulihat wajah Shanti berbinar saat mendengar kata-kata itu keluar dari mulutku. “Tapi itu dulu. Sekarang sudah ada wanita yang mengisi hatiku”. Seketika wajah Shanti berubah, “s-siapa wanita itu?” Tanya Shanti penuh selidik. “Dita Anggriani” jawabku. “D-dita? Dita cewek aktifis kampus yang berhijab itu? Please Diko putusin Dita dan kembali sama aku, aku nggak mau kehilangan kamu Diko” “maaf Shanti, dulu memang aku sangat mencintaimu, tapi sekarang cintaku, hatiku, hanya untuk Dita”. Shanti tak mampu menjawab ucapanku, dia hanya menangis tersedu-sedu. “Baiklah jika ini pilihanmu, aku harap kamu bahagia dengannya, permisi” ujar Shanti sambil berdiri melangkahkan kakinya menuju pintu. Aku hanya terdiam membiarkan Shanti pergi. Toh rasa cintaku untuknya sudah sirna seperti sirnanya cahaya mentari yang disiram hujan pagi ini.
sumber : www.cerpenmu.com
No comments:
Post a Comment