Judul Cerpen: Rene, Maafkan Aku
Cerpen Karangan: Ansia Rusni Marjani
Kategori: Cerpen Persahabatan
Cerpen Karangan: Ansia Rusni Marjani
Kategori: Cerpen Persahabatan
Kami disini sudah 3 hari dan di hari ketiga ini Aku dan Rene berantem hebat setelah aku tau bahwa Rene sahabat sejak kami dilahirkan hingga saat ini ternyata selama ini dia hanya memanfaatkanku. Aku kesal sekali setelah tidak sengaja aku mendengar obrolan Sindy dan Chika tadi malam. Aku tak menyangka yang selama ini aku anggap sahabat ternyata musuh dalam selimut. Aku menanyakan semua itu pada Rene dan Rene mengakuinya sebelum dia sempat menjelaskan Aku menghentikan ucapannya karna sudah cukup yang aku tau dan aku tak mau jauh lebih sakit dari ini.
Rere, Maafkan Aku
Sepanjang perjalanan aku tak bersuara. Rene pun hanya diam sambil menunduk. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Yang jelas aku marah sekali dengannya.
***
Hari kelulusan diumumkan. Aku melihat kepapan pengumuman dan.. Waaaaahhhh.. Aku lulus . senangnya.. sempat aku mencari nama RENATA KANIA PUTRI dipapan pengumuman tersebut . ALHAMDULILAH ternyata sahabatku pun lulus. Selama ini aku tidak tegur sapa dengannya lagi semenjak kejadian dipuncak waktu itu. Sebenarnya aku ingin seperti dahulu namun rasa sakit hatiku masih terasa hingga sekarang.
Aku dan teman-temanku berfoto-foto dengan rasa bahagia karna bentar lagi kami akan memasuki dunia kuliah. Saat berfoto dengan teman-teman aku melihat Rene pergi bersama kedua orang tuanya dengan mobil orang tuanya.
Sempat bertanya dalam benakku mau kemana mereka padahal kelulusan baru saja diumumkan dan Rene pun Lulus.ada apa sebenarnya???
aku memutuskan untuk pulang bersama kedua orang tuaku. Dimobil mama sempat menanyakan mengapa aku tidak mengantar sahabatku Rene kebandara ? mungkin ini jumpa terakhirku bersamanya . Aku bingung dengan ucapan mamaku. Aku bertanya padanya memang Rene mau pergi kemana? Mama hanya menjawab ke Vanesia, Itali. Apakah kamu tidak mengetahuinya??? . jam berapa pesawatnya berangkat ? Kini ayahku yang menjawab pertayaan ku. Mungkin setengah jam lalu. Saat mendengar itu aku meminta pada ayahku agar mengantarku kebandara. Ayahku mengerti dengan permintaanku.
Setelah sampai bandara ternyata benar pesawat Rene telah terbang sekitar 20 menit yang lalu.
Betapa menyesalnya aku.
Aku kebingungan dan setelah sampai dirumah. Kediaman Rene yang bersebelahan dengan rumah ku memang tampak sepi tanpa penghuni. Aku langsung masuk kedalam dan langsung mengunci kamarku. Menangis yang kini bisa aku lakukan. Menyesali pertengkaran itu. Dan menyesal karna tak sempat berpamitan dengannya.
***
Saat aku keluar kamar Bi minah memberiku selembar kertas yang dititipkan Rene sebelum kebandara.
Dear best friend
Kanzha
Maafkan aku sebelumnya, aku baru dapat memberi tahu semuanya setelahku pergi. Tak ada maksud untukku membuat kau sedih, kecewa, marah, kesal akan tingkah lakuku. Semua yang kau tanyakan padaku itu benar. Tapi aku lakukan itu karna aku ingin bisa sepertimu Zha. Bukan maksudku memanfaatkan keberadaanmu disisiku . Aku hanya ingin mempunyai banyak teman sepertimu. Sungguh aku sangat menyesal karna sebelumnya tidak jujur padamu. Zha Selama ini aku menderita kanker stadium empat, aku tak kuasa menahan kepedihan. Aku sadari, kau segalanya bagiku, tapi ku tak ingin kau sedih atas penderitaanku. Aku tak ingin canda tawamu harus tergantikan oleh kepedihan. Maafkan aku atas sikapku selama ini padamu yang membuatmu marah padaku. Aku tak memaksamu agar memaafkan ku tapi aku menyesal telah melakukan itu. Maaf… setelah kejadian dipuncak lalu, aku sadar akan kesalahan yg aku perbuat. Sebenarnya aku mau jujur dari dulu padamu. Namun, melihat sikapmu yg amat marah padaku. Ku urungkan niat itu. Kau memang pantas marah padaku.
Aku harus berobat keluar negri Zha.. aku akan pergi ke Vanesia.
Aku akan berangkat setelah kelulusan.
Maaf karna aku tak jujur padamu segalanya tentang apa yang aku sembunyikan selama ini. Maafkan aku, Sobat, aku telah mencorehkan luka di hatimu …
Your Friends,
Renata
Ternyata selama ini kau memiliki penyakit kanker Rene.. mengapa kau tak bicara padaku? Aku sayang kamu Rene, aku akan menjagamu Rene… selama ini kau menanggung beban berat. Menagapa kau tak jujur padaku…. pikiranku penuh dengan pertanyaan dan keterkejutan dengan isi surat itu.
***
Aku menyesali semua perbuatanku padanya. Aku ingin menyusulnya ke Vanesia. Aku ingin bisa merawatnya. Aku meminta agar kuliahku di Vanesia saja dengan alasan agar bisa bersama Rene bersekolah disana. Dengan lamanya aku membujuk kedua orang tuaku akhirnya aku diijinkan.
Aku bernapas lega. Vanesia, Aku datang!
***
Setelah dua hari aku tiba Di Vanesia aku belum juga menemukan kediaman Rene. Setelah lelah menanyakan kesana kemari dengan bahasa Italiku yang pas pas-an. Seharian telah mengelilingi lapangan San Marco. Pencarian Rene diberhentikan sementara. Aku dan ayahku mengunjungi kafe yang bernuansa Indonesia di pinggiran kota yang mendapat julukan The Queen of of the Adriatic. Aku menyimpan foto Rene dimeja. Setelah pelayan mengantarkan makanan, pelayan iti mengatakan
bukankah itu Nona Renata tuan? Serentak kami kaget. Apakah kau mengenalnya? Aku langsung bertanya padanya. Iya Nona , sebelum aku bekerja disini aku sempat bekerja bersamanya. Kau tau tempat tinggalnya bukan? Iya Nona. Bisakah kau antar kami sekarang kesana. Maaf Nona aku masih harus bekerja dan selesai pukul 8 nanti. Kumohon antar kami ketempatnya sekarang. Kumohon Nona. Tapii Nona..
Ayahku langsung menghentikan perdebatan kami dan mengatakan kepada pelayan tersebut biar aku yang meminta izin pada manajer mu. Baiklah tuan.
Entah apa yang dikatakan ayah sehingga manajer itu mengijinkan pelayan itu mengantar kami. Tapi yang jelas aku sudah tak sabar lagi menemui mu sobat. Dalam hatiku terus berkata seperti itu.
Namun, setelah sampai disana yang membuka pintu adalah Tante Indri ibunya Rene. Dia kaget dengan kedatangan ku dan ayahku.
Khanza…???
Tante, Rene ada tante? Aku langsung menanyakan keberadaannya.
Sebelum menjawab Tante Indri mempersilahkan kami masuk terlebih dahulu. Aku mengulangi pertanyaan ku tadi. Tante, Rene adakan? Bolehkah Kanzha bertemu dengannya Tante?
Tante Indri terdiam sejenak sambil mengeluarkan air mata. Ada apa tante? Apa yang terjadi? Mana Rene tante? Semua pertanyaan ku lontarkan padanya. Perasaanku mulai tak enak. Ada apa ini?
Akhirnya Tante Indri pun bercerita. Setelah 4 bulan kami berada disini, Keadaan Rene semakin Parah dan saat oprasi terakhirnya Rene… Re..ne..
Tante Indri tak meneruskan ceritanya. Dia hanya tersendu-sendu Menahan isak tangis yang sejak tadi ia tahan.
Ada apa dengan Rene Tantee…
Rene baik-baik sajakan tante?
Tanpa ku sadari air mata jatuh dipipiku.
Re..ne .. Rene meninggalll. Tangis Tante Indri makin terasa ditelingaku dan Aku pun ikut menangis seperti Tante.
Bolehkah aku melihat makamnya Tante?
Ya, akan Tante antar..
***
Setelah sampai di makamnya. Aku menangis di pinggir makamnya. Nona pelayan yang juga baru mengetahui bahwa majikannya dulu kini telah tiada. Dia membisikan padaku “Calma gente7, Non, memang sulit sekali menerima kenyataan.
Mereka akhirnya meninggalkanku dan menungguku dimobil.
Rene , Aku ke sini untuk menemuimu. Mi macherai8.
Rene, stai bene10.
Semoga kau baik-baik disana.
Rene, Ti Amore11 . Maafkan aku Sobat!!
7. Calma gente = Tenanglah
8. Mi piace = aku merindukanmu
10. stai bene = aku baik-baik saja.
11. Rene, Ti amore != Rene, aku menyayangimu!
Sumber http://www.anekacerpen.com/
No comments:
Post a Comment