Karya: Titin Dewi J.P
Kategori: Cerpen Cinta
Matahari mulai mendaki kaki sang langit. Perlahan-lahan beranjak dari peraduannya, hingga kehangatannya mulai terasa oleh makhluk-makluk bumi. Tak begitu panas, namun cukup hangat hingga membuat orang malas keluar rumah lantaran takut kena sinar UV. Namun bagiku itu adalah anugrah, karena dengan begitu aku bisa nyuci baju yang belum aku cuci seminggu dan menumpuk di pojok kamar kecil kosan ku.
Aku Vika, sejak awal masuk kuliah di Universitas Jember aku tak pernah punya kenalan cowok yang cocok di hatiku buat jadi pacar plus driver buatku. Yahhh…. Akhirnya gini deh, kemana-kemana harus on foot with my soulmate, Tiara. Tapi gag papa, karena temenku yang satu ini gokil banget, waaupun sebenernya kita udah sahabatan dari awal masuk SMK, tapi kegokilannya jadi makin parah setelah masuk kuliah ini.
Tak kusangka nomor nyasar dua hari yang lalu menjadi awal dari cerita ini. Awalnya sih dia kirim message ke aku. Akunya sih biasa aja, kan emang dasarnya cewek cuek-cuek gitu. Padahal kalo’ dicuekin balik pasti gag mau.
“Mau aku jemput gag..?? mau yaa.. yaaa..yaaa… sekalian ketemuan gitu”, katanya lewat sms yang dikirim ke my cell phone setelah aku bilang kalo’ aku lagi di bus, habis mudik. Dan aku iya’in aja.
Kan lumayan dapet ojek gratis. Hehehe…
Ketika aku turun dari bus aku bingung yang mana orangnya, karena ini adalah pertama kita ketemu semenjak kita chat lewat message seminggu yang lalu. Dan di seberang jalan tepat arah jam dua belas aku melihat sesosok tubuh sedang menunggu. Mungkinkah dia..??
“Vika yaaa…,” katanya sambil menghampiriku.
“Iya… kamu Findra ta…??” sahutku kemudian.
Lalu dia menjabat tanganku seperti orang maaf-maafan pas lebaran. Aku tertawa dalam hati. Akupun berfikir kekonyolan macam apa ini hingga membuatku salah tingkah seperti ini. Tanpa ku sadari aku senyam-senyum sendiri tak tau apa yang sedang ku fikirkan.
“Thanks ya… dah nganterin jemput and nganterin aku ke kosan..” kataku sesampainya di depan pintu gerbang kosanku yang agak mewah itu.
“Oke… kalau butuh apa apa hubungi aku, jangan sungkan sungkan…” jawabnya sambil melontarkan senyuman.
Dan Findra pun berlalu pulang. Namun benakku masih merekan jelas bayangannya. Tak kusangka dia orangnya baik, enak diajak ngomong, lucu, nyambung, and yang terpenting aku ngerasa nyaman didekatnya. Duuhhh… kok jadi aneh gini sih aku..
“Kenapa kamu senyam-senyum gitu, kesambet setan darimana loe chuy…”, celetuk sahabatku Tiara yang tiba tiba muncul di hadapanku.
“Gila loe, aku kaget nie..” sahutku.
Aku pun berlalu meninggalkannya yang masih melongo kayak kebo di depan pintu kamar gara gara heran lihat aku senyum senyum. Mungkin dia baru sadar kalau senyumanku ini bisa mengalihkan dunianya. Dan itulah yang terjadi, dunianya beralih menjadi dunia yang penuh tanda tanya.
Lama lama aku kasihan juga melihat sahabatku, dari tadi aku saksikan wajahnya menyimpan pertanyaan. Akhirnya aku putuskan untuk menceritakan apa yang membuat aku seperti ini. Dan dia Cuma melongo, dan kali ini dia gag kayak kebo tapi lebih parah lagi, dia kayak sapi ompong yang gag punya gigi. Namanya aja ompong jelas aja gag punya gigi, dasar oon gue.
Tiga hari kemudian aku diajak nonton sama Findra. Setelah nonton kita berdua dinner, terus muterin alun-alun gag jelas tujuannya sambil ngobrol gag jelas juga. Lalu kita berhenti di kedai ice cream cone kesukaanku and Tiara. And disitu dia nyatain perasaannya sama aku. Dia nembak aku. Dan aku langsung kena tembakannya. Jadi malam itu aku jadian sama dia.
Seminggu berlalu, dan aku punya rencana nyomblangin Tiara sama sepupunya Findra, Herma namanya. Dua hari kemudian mereka jadian. Dan itu tandannya aku berhasil jadi mak comblang. Wahh, jadi kayak kontak jodoh aja nih aku.
“Besok mudik gag chuy..??” Tanya Tiara sepulang dinner sama Herma.
“Kasih tau gag yaaa…” celetukku menggodanya.
“Hhhmmm… kalo’ pulang sih ayo bareng aja, soalnya aku mau dianterin Herma, ntar kamu sama Findra yaaa…” terangnya kemudian.
Aku berpikir sejenak, lalu manggut manggut pertanda setuju.
Waktu mudik pun tiba. Sudah biasa bagi anak kos seperti kami selalu pulang saat week end tiba, jika nggak punya uang. Tapi kalo’ masih full kantongnya kami hanya menunggu next week end. Namun mudik kali ini akan lebih panjang karena seminggu full kita libur untuk minggu tenang. Suara sepeda motor yang berhenti di depan gerbang kosanku membuatku harus cepat cepat keluar, karena aku tau kalo’ itu Findra and Herma driver and co driver kami. Hehehe.
Dan benarlah bahwa mereka telah siap untuk mengantar para putri ke istana. Akhirnya kamipun meluncur menuju ke terminal Pakusari, tempat dimana aku dan Tiara biasa menunggu bus. Sesampainya di terminal kami berempat saling chatting. Findra pacarku, asyik ngobrol dengan sahabatku Tiara tanpa menghiraukan keberadaanku dan Herma. Namun aku tak curiga sedikitpun, karena aku percaya sahabatku tak mungkin menyakitiku.
Bus yang kami tunggu-tunggu akhirnya tiba. Dan kami pun berpisah. Setelah aku dan Tiara masuk ke dalam bus, Tiara cerita tentang apa yang dia omongin sama Findra tadi. Sahabatku ini memang selalu terbuka denganku. Apapun yang ia rasakan entah itu sedih atau bahagia, pasti dia selalu menceritakannya padaku.
Suatu sore setelah dua hari aku berada di rumah, Tiara memberi tau aku kalau dia putus sama Herma. Aku tanyai apa alasannya putus, dan dia menjawab kalau ternyata Herma sudah punya pacar. Aku jadi ngerasa bersalah sama dia, karena aku yang menyomblangkannya dengan Herma. Tapi aku berusaha menenangkan diri dan mencoba menghibur sahabatku itu. Akhirnya diapun merelakan hubungannya yang harus kandas secepat itu.
Tak kusangka kalau putusnya Sahabatku dan Herma akan berimbas padaku. Dua hari kemudian Tiara memberitahuku sebuah berita yang sebenarnya tak ingin kudengar, karena itu sungguh membuatku muak. Sebenarnya aku tak mau mengingatnya, tapi karena aku harus bercerita padamu jadi terpaksa deh ku buka kembali memori otakku untuk mengingat kata kata itu. Dan inilah kata-katanya lewat message yang dikirimkan padaku..
“Chuy kamu ngerasa aneh gag sih sama Findra..?? masa’ dia bilang gini ke aku… I LOVE YOU..”
Dan setelah itu aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Findra. Walau aku tau sahabatku tak mungkin menghiraukan kata-kata itu. Namun aku ngerasa Findra memang bukan untukku dan dia kayaknya gag beneran sayang sama aku. Buktinya dia masih ngelirik sahabatku. Bahkan disaat statusnya masih pacaran denganku dia berani bilang LOVE pada sahabatku sendiri.
Sumber : http://www.anekacerpen.com/
No comments:
Post a Comment