Judul Cerpen : Manusia Bodoh
Cerpen Karangan : Chasabillah
Kategori : Cerpen Cinta Sedih
Cerpen Karangan : Chasabillah
Kategori : Cerpen Cinta Sedih
Malam makin larut ketika Delita ke luar dari kantornya. Pekerjaannya harus dikerjakan ekstra jika ingin dapat persetujuan cuti agar bisa berlibur bersama suami dan anaknya akhir pekan ini.
Baru saja mengeluarkan handphone hendak menelepon suaminya agar menjemput, matanya menangkap sosok yang berjalan tergesa-gesa ke arahnya.
“Delita!” suara parau itu menyebut namanya ketika dekat.
Butuh waktu beberapa saat Delita mengenali sosok yang ada di depannya.
“Farly? Ngapain kamu di sini?” tanyanya pada mantan pacarnya 5 tahun lalu.
“Aku baru pulang dari Prancis. Dan aku akan bekerja di Jakarta. Barusan aku lewat sini dan lihat kamu. Baru pulang ya? Aku antar kamu pulang bagaimana?” tawar cowok bertubuh tinggi itu.
“Nggak perlu, makasih. Aku mau telepon suamiku untuk jemput aku,” kata Delita dingin.
“Sekalian aja aku yang antar. Aku ingin berkenalan dengan suami kamu”
Delita menatap Farly, sinis. “Untuk apa?”
“Walau kita sudah lama putus, tapi aku tetap ingin berteman baik sama kamu, Ta. Untuk itu, aku boleh dong kenalan sama keluarga kamu?”
“Ow begitu? Setelah kamu pergi gitu aja dan akhiri hubungan kita yang udah berjalan sejak kita SMP?” Delita mendengus dan mengeluarkan handphone. “Makasih sebelumnya. Tapi udah nggak perlu. Lebih baik aku minta jemput suamiku.”
Farly menahan tangan Delita, yang langsung ditepis kasar.
“Apa-apaan sih kamu?! Jangan coba-coba sentuh aku lagi.”
“Aku cuma mau bicara sama kamu, Delita… please kasih aku waktu sebentar aja.”
“Udah nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan, Farly! Aku harap kamu pergi, dan jangan ganggu kehidupanku lagi!” bentak Delita parau, karena menahan tangis.
“Tapi, Ta…”
“Mama!” Suara riang anak kecil membuat mereka menoleh dan melihat seorang gadis kecil berlari ke arah mereka memakai payung mungil.
“Keila…” Delita langsung menggendong gadis kecil itu. “Kok Keila ada di sini?”
“Tadi Papa ngajak Keila jemput Mama. Soalnya udah malem,” jawab Keila sambil memandang Farly. “Om ini siapa, Ma?”
Farly menatap Keila tanpa kedip. Ada perasaan aneh yang menyusup ketika melihat mata anak itu. Mendadak jantungnya berdebar.
Baru Delita hendak menjawab, terdengar suara memanggilnya.
“Mama.. Keila!”
“Papa…!”
Delita terlihat pucat pasi ketika lelaki bertubuh tinggi yang merupakan suaminya itu mendekatinya.
“Keila ngotot ingin ikut jemput Mama.”
Farly terkejut setengah mati melihat lelaki yang berdiri di depannya.
“Farly?!”
“Zirqi?!”
Baru Delita hendak menjawab, terdengar suara memanggilnya.
“Mama.. Keila!”
“Papa…!”
Delita terlihat pucat pasi ketika lelaki bertubuh tinggi yang merupakan suaminya itu mendekatinya.
“Keila ngotot ingin ikut jemput Mama.”
Farly terkejut setengah mati melihat lelaki yang berdiri di depannya.
“Farly?!”
“Zirqi?!”
Mereka saling pandang beberapa saat.
Farly memandang Delita dan Keila, lalu mengalihkan pandangan kepada Zirqi, sahabat lamanya, yang ternyata suaminya Delita.
—
“Kenapa mesti Zirqi sih, Ta?!”
“Apa urusan kamu sih, Far?! Aku mau menikah dengan siapa pun bukan urusan kamu!”
“Tapi dia itu sahabatku dari kecil! Kenapa kalian bisa menikah?! Atau jangan-jangan semasa kita pacaran dulu kalian udah ada hubungan?”
“Farly, apa pun yang terjadi di masa lalu, aku udah nggak peduli! Dan sekarang, kamu nggak berhak ngatur hidup aku! Karena kamu bukan siapa-siapa aku lagi!”
“Tapi kenapa mesti Zirqi orangnya?!” Farly kalap, tiba-tiba teringat Keila. Tatapan mata gadis kecil itu bercahaya menatapnya. “Keila? Apa sebenarnya dia itu…?”
“Kenapa dengan Keila?” bentak Delita. “Ini semua nggak ada hubungannya dengan Keila. Jangan bawa-bawa dia!”
“Kenapa mesti Zirqi sih, Ta?!”
“Apa urusan kamu sih, Far?! Aku mau menikah dengan siapa pun bukan urusan kamu!”
“Tapi dia itu sahabatku dari kecil! Kenapa kalian bisa menikah?! Atau jangan-jangan semasa kita pacaran dulu kalian udah ada hubungan?”
“Farly, apa pun yang terjadi di masa lalu, aku udah nggak peduli! Dan sekarang, kamu nggak berhak ngatur hidup aku! Karena kamu bukan siapa-siapa aku lagi!”
“Tapi kenapa mesti Zirqi orangnya?!” Farly kalap, tiba-tiba teringat Keila. Tatapan mata gadis kecil itu bercahaya menatapnya. “Keila? Apa sebenarnya dia itu…?”
“Kenapa dengan Keila?” bentak Delita. “Ini semua nggak ada hubungannya dengan Keila. Jangan bawa-bawa dia!”
Farly teringat ketika dia akan berangkat ke Prancis, Delita menangis padanya ingin mengatakan sesuatu namun Delita hanya menangis tanpa bicara.
“Aku merasa dekat sekali dengan Keila, ini perasaan yang aneh dan nggak bisa aku pungkiri kalau aku sayang sekali pada Keila. Apa jangan-jangan dia itu…?”
“Keila itu anak kandung lo, Farly!”
Delita dan Farly terkejut dengan kedatangan Zirqi tiba-tiba.
Zirqi turun dari tangga dan berdiri menghadap Farly, serius. “Feeling lo nggak salah. Wajar lo langsung sayang liat Keila. Dia putri kandung lo.”
“Papa!” sentak Delita sambil menoleh ke atas arah kamar Keila.
“Tenang aja, Keila udah tidur. Kita selesaikan tanpa melibatkan dia.” Zirqi memandang Farly, tajam.
Farly terpaku, tubuhnya gemetar. “Ja-jadi… Keila anak gue?”
“Enggak!” seru Delita marah. “Kamu bukan siapa-siapa Keila!”
“Ma… sabar ya, biar Papa yang selesaikan,” kata Zirqi menenangkan lalu menatap Farly kembali. “Beberapa hari setelah lo pergi ke Prancis, Delita datang ke gue. Lo sama sekali nggak tau apa pura-pura nggak tau kalo Delita hamil anak lo? Tapi percuma sekarang gue tanya itu. Udah nggak ada gunanya. Untuk nebus kesalahan lo, gue memutuskan bertanggung jawab atas bayi yang dikandung Delita. Gue nikahin Delita. Dan mendampingi dia melahirkan Keila. Pertama gue denger tangisan Keila, gue langsung jatuh cinta. Dia itu belahan jiwa gue, walau tiap gue peluk Keila, yang ada di benak gue itu ayah kandungnya yang nggak bertanggung jawab! Gue bener-bener kecewa sama lo, gue pikir lo bisa jaga Delita, bertahun-tahun kalian pacaran, setelah dia hamil lo malah ninggalin dia gitu aja.”
“Zirqi…” Farly berusaha menjelaskan, kalap. “Waktu itu gue nggak ada pilihan lain. Lo tau kan gue susah payah dapetin beasiswa S2 d Prancis. Ya lo bener, gue memang pura-pura nggak tau tentang kehamilan Delita. Waktu itu gue panik. Gue pengen ngebanggain keluarga gue, dan kalau sampai gue lepasin beasiswa itu dengan menikahi Delita, keluarga gue pasti kecewa banget sama gue. Karena gue ini satu-satunya anak laki-laki di keluarga. Gue nggak mungkin bikin malu keluarga gue.”
Delita menangis mendengar penjelasan Farly. “Apa gunanya sekarang kamu jelasin ini, Far? nggak cukup kamu nyakitin aku dulu? Aku harus menanggung ini semua sendirian. Kalau saja tidak ada Zirqi, aku nggak tau gimana hidupku sekarang.”
“Delita, aku bener-bener minta maaf! Apa yang harus aku lakuin supaya kamu maafin aku?” mohon Farly.
“Simpel aja…” Delita menyeka air matanya, dan menatap tajam lelaki itu. “Jauhi keluarga aku! Jangan pernah ganggu kami lagi. Terutama Keila.”
“Tapi…” Farly keberatan. “Keila kan anakku juga.”
“SETELAH KAMU CAMPAKKIN AKU GITU AJA, SEKARANG KAMU NGERASA BERHAK ATAS KEILA?!! JANGAN MIMPI KAMU BISA REBUT DIA DARI AKU! DIA MILIKKU!!” teriak Delita, kalap. Zirqi langsung memeluk bahunya.
“Sabar, Ma… jangan sampai Keila terbangun dan dengar pembicaraan ini.”
Farly mematung, wajahnya pucat.
“Sory, Far… mungkin lo memang ayah biologisnya Keila. Tapi secara hukum yang sah, dia itu anak gue dan Delita. Lo nggak punya hak atas dia. Sampai kapan pun gue akan perjuangkan Keila. Gue nggak akan biarin lo rebut Keila. Dan jangan pernah lo usik keluarga gue lagi. Mungkin dulu kita bersahabat baik, tapi gue tau nggak gampang untuk Delita lupain kesalahan lo. Maka dari itu, jangan pernah lo muncul lagi di hadapan gue dan keluarga gue. Terima konsekuensi keputusan lo yang pengecut dulu!”
Setelah berkata begitu, Zirqi menutup pintu rumahnya, membiarkan Farly mematung di depan rumah, dengan tubuh terguyur air hujan.
Menyesali yang telah terjadi di masa lalu.
Menyadari dirinya adalah manusia terbodoh.
Karena kesalahannya, kini dia harus kehilangan tiga orang berharga dalam hidupnya.
Sahabat, kekasih, dan buah hatinya.
Keputusan di masa lalu, akan kita dapat balasan atau konsekuensi di masa mendatang.
Maka berhati-hatilah mengambil keputusan!
Sumber : http://cerpenmu.com/
Baca Juga Cerpen Dikala Hujan Waktu Itu
Baca Juga Cerpen Janji Terakhir
Baca Juga Cerpen Terbanglah Yang Tinggi Menuju Surga
Baca Juga Cerpen Dikala Hujan Waktu Itu
Baca Juga Cerpen Janji Terakhir
Baca Juga Cerpen Terbanglah Yang Tinggi Menuju Surga
No comments:
Post a Comment