Cerpen Karangan: Daniel Lie
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Fantasi
Kutukan. Kutukan sering digambarkan mengerikan. Tapi kutukan yang “tidak menakutkan” kadang justru membawa dampak besar, membuat kita harus mengorbankan sesuatu yang berharga.
Aelita, anak perempuan yang sangat gemar bermain game. Setiap hari dia bermain game setidaknya 5 jam. 4 tahun yang lalu, seorang peramal datang ke rumah Aelita. Peramal itu memberi tahu sesuatu kepada Pak Budi, ayah Aelita.Kutukan. Kutukan sering digambarkan mengerikan. Tapi kutukan yang “tidak menakutkan” kadang justru membawa dampak besar, membuat kita harus mengorbankan sesuatu yang berharga.
“Anak bapak terkena kutukan” kata paranormal itu.
“Tapi, bagaimana mungkin? Kutukan apa?” Tanya Pak Budi.
“Bila anak bapak bermain game, Ia akan terjatuh beberapa jam setelah Ia selesai bermain. Kutukan ini dimulai 3 tahun lagi.” Kata peramal itu.
“Apa ada yang bisa dilakukan untuk mencegahnya?” Tanya Pak Budi lagi.
“Untuk sekarang saya belum bisa membantu. 3 tahun lagi saya akan datang dengan solusi untuk mencegah kutukan itu” Jawab si peramal.
“Baiklah, terima kasih.” Ucap Pak Budi dengan nada sedih.
Maka, 3 tahun kemudian peramal itu datang kembali dengan solusi. Bagaimana dengan Aelita sendiri? Di sekolah namanya hampir selalu di rangking terbawah, sering dimarahi dan dihukum guru karena tidak serius, dan suka melamun saat pelajaran. Game favoritenya adalah Adventure to Paris. Semakin lama waktu yang dihabiskan untuk bermain game pun semakin banyak. Seiring dengan itu, Nilai yang diperoleh semakin buruk. Jika dulu Aelita masih mampu memperoleh nilai terendah 70 (Kadang-kadang bisa 85 jika beruntung), sekarang Aelita hanya mampu memperoleh nilai tertinggi 50, bahkan ada dua ulangan Matematika dan satu ulangan IPS yang sama sekali tidak dikerjakan (dan berakhir dengan dimarahi guru lagi).
Kembali ke peramal, peramal itu bilang kalau ada 2 cara mengentikan kutukan tersebut. Aelita sudah menderita 6 bulan karena kutukan tersebut. Karena kutukan itu, Aelita menderita setidaknya 7 atau 8 kali jatuh per hari. Lebih parah lagi, jatuhnya bukan di tempat empuk seperti busa, melainkan di tempat keras seperti jalanan di depan rumah yang belum di aspal. Cara yang ditawarkan oleh peramal tersebut cukup sulit dilakukan Aelita. Cara pertama yaitu Aelita tidak boleh bermain game selama 1 tahun. Jika melanggar, dampaknya Aelita bisa terjatuh 15 kali. Aelita jelas menolaknya. Cara kedua juga tak kalah sulit. Aelita harus dapat niilai setidaknya 80 di ujian PKN, IPS, dan Bahasa Indonesia, 75 di ujian IPA dan 90 di ujian Matematika.
Pak Budi berusaha membujuk putrinya melakukan salah satu cara. Namun, Pak Budi gagal sampai 3 bulan kemudian. Karena seringnya terjatuh, Aelita akhirnya tidak bisa berjalan sebelum luka di kakinya sembuh. Walau begitu, Aelita justru senang. Karena Ia tidak perlu sekolah, Ia bisa main game seharian. Pak Budi bahkan sudah lupa dengan kutukan itu.
Makin lama, kutukan itu tambah parah. Jumlah jatuh bertambah 2 kali lipat. Akhirnya, Pak Budi tak punya pilihan lain lagi. Setiap pulang sekolah, Aelita dikurung di kamarnya, tanpa game apapun. 1 tahun berlalu, dan kutukan tersebut akhirnya lepas. Aelita pun terlepas dari kutukan, mengurangi waktu main game, dan giat belajar. Kini, nama Aelita selalu bisa ditemukan di Rangking top 5.
Cerpen Karangan: Daniel Lie
Sumber: http://cerpenmu.com/
No comments:
Post a Comment