Karya: Ni Putu Sri Wahyuni
Kategori: Cerpen Sedih
Hawa malam yang menyelimuti tubuhku sayup – sayup tidak terasa lagi, ku duduk di tepi teras sambil merenungi nasibku, dan menulis disebuah buku kesayanganku. Ya.. diary namanya. Mencurahkan isi hatiku dan perasaanku hari ini. Seakan – akan ingin ku marah kepada tuhan, kenapa harus aku Tuhan, Kenapa? Tidak kah ada yang lain selain diriku? Owh iya.. Perkenalkan namaku Yuni.
Aku bukanya ingin selalu mengeluh atas takdir yang diberikan tuhan saat ini, tapi.. ini terlalu sakit untuk aku menerimanya, yang dimana keluargaku tidak menerima atas sakit yang ku alami saat ini. Iya,, belakangan ini aku mengalami sakit yang mungkin bisa dibilang parah. “Angina gangguan jantung” tapi, seakan akan aku dikucilkan oleh keluargaku. Adik yang sebelumnya sayang kepadaku sekarang sangat membenciku, ibu dan ayahku yang sebelumnya sangat memperhatikanku, kini sangat marah dan seakan akan tidak perduli kepadaku, bahkan beliau pernah memarahiku dengan mengatakan “aku menyesal telah mempunyai anak sepertimu, aku benci punya anak yang sakit – sakitan”. Sangat syukur, karena masih ada sahabatku yang bisa mengerti perasaanku, masih bisa menyayangiku.
Angina, gangguan jantung dimana kurangnya asupan oksigen yang diedarkan melalui pembuluh darah ke jantung. Yang dimana penderita akan merasa kesakitan, yang biasanya terjadi antara 15 – 30 menit. Yang puncaknya diantara menit ke 20-25. Akan merasakan sakit yang luar biasa, yang biasanya akan menjalar sampai ke bahu, rahang, tangan, dan biasanya sampai ke sebagian tubuh. Dan penderitanya pada saat serangan akan memberhentikan aktivitasnya. Biasanya akan berakhir seiring berjalanya menit demi menit berlalu. Dan biasanya terjadi pada orang dewasa, tapi.. inilah takdir, ini terjadi kepadaku, diusia ku yang masih dini. beginilah keadaanku yang aku alami saat ini, merasa kesakitan di atas kesedirian, tanpa semangat dari keluargaku. Tanpa kasih sayang, dan tanpa perhatian. Harusnya aku menyalahkan siapa? Iya.. tidak ada yang bisa aku salahkan, selain menyalahkan diriku sendiri, aku juga tidak bisa menyalahkan tuhan atas yang terjadi padaku saat ini, dan aku juga tidak bisa menyalahkan tuhan mengapa dulu aku dilahirkan kedunia ini.
Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu ku lewati..
Semuanya seakan akan tidak bersahabat denganku, ada apa sebenarnya? Kenapa aku merasa sangat di kucilkan di dunia ini? Apa karena penyakit ini ? apa karena aku sangat sering meerepotkan orang, ? Tuhan, jika seperti ini, bolehkan aku meminta ingin kembali ke asalku, kembali kepadamu, kembali dimana tempat ku sebelum aku di lahirkan ke dunia ini ? maafkan aku tuhan, maafkan atas permintaanku ini, “begitu ucapanku, begitu kata hatiku”.
Semuanya rasanya repot karena aku. Karena anak yang penyakitan ini, karena anak yang tidak diinginkan ini, aku benci diriku, aku benci hidupku.
Beberapa bulan kemudian…
Semuanya semakin memburuk, apalagi di tambah sakitku ini, walaupun pada akhirnya aku tau, aku pasti akan mati karena penyakit ini, memangnya siapa yang mau mendonorkan jantungnya ke aku, ? kecuali orang itu telah meninggal, dan itupun kalu cocok dengan jantungku, dan kalupun ada keluarga yang mau mendonorkannya padaku, dan pada akhirnya akan di lakukan transplantasi jantung kepadaku. Tapi.. ah, aku terlalu berharap, memangnya siapa yang akan mau melakukanya kepadaku ? kepada manusia yang sakit – sakitan ini dan merepotkan banyak orang!
Kabar duka datng kepada keluargaku, kabar yang sangat tidak diinginkan oleh adik dan ibuku, termasuk aku. Ayah.. iya ayahku,, ayahku menderita gagal ginjal ? kenapa? Aku tidak tau apa sebabnya, yang aku tau, beliau memeriksakan dirinya seminggu yang lalu dengan ibuku, karena ayahku merasa sakit dibagian perut kanan bawah. Yang dikira hanya masalah makan saja, yang pada akhirnya didiagnosa gagal ginjal oleh dokter. Semuanya keluargaku terpukul karena hal itu, karena gagal ginjal yang dialami ayahku. Yang dimana harus melakukan cuci darah, yang dalam seminggu nya bisa 2 kali.
Tapi… sejenak ku berfikir..””
Ayahku sakit ? tapi.. banyak yang memperhatikanya, menyemangatinya, bahkan sampai kelurga besar ini menengoknya pulang, beberapa yang lainya membantu biaya cuci darahnya. Sedangkan aku ? iya Aku ? kenapa aku tidak mendapat perlakuan khusus seperti itu? Tidak ada yang memperhatikanku, tidak ada yang menyayangiku saat ini? Kenapa ini tidak adil ? kenapa ini tidak adil untukku, kenapa ?
Beberapa minggu kemudian..
Ayah.. iya, ayahku belakangan ini marah – marah padaku, ibu juga marah padaku, karena apa ? karena biaya obatku, biaya kontrolku ke dr. dan 2 hari lalu, aku bertengkar dengan kedua orang tuaku, aku menuntut keadilan ini, aku menuntut perhatianya, aku menuntut kasih sayang nya.
Kenapa ibu dan ayah tidak menyangiku lagi, kenapa ibu dan ayah tidak memperhatikan ku lagi ‘? Ucapku”
Karena kamu anak yang tidak berguna, karena kamu tidak akan bisa membahagiakan orang tuamu, karena kamu tidak akan bisa membuat kami bangga, dan kamu tidak akan berumur panjang, “ucap Ibuku.
“cukuppppp!!!!!. Oke, aku tidak akan menuntut apapun dari ayah dan ibu, aku tidak akan minta di perhatikan lagi, aku tidak akan minta diberikan kasih sayang lagi. Iya, aku ini anak yang selalu menyusahkan, anak yang selalu merepotkan. Dan asal ayah dan ibu tau, kalau seperti ini akhirnya, aku tidak akan mau dilahirkan. Aku tidak mau dilahirkan kedunia ini” ucapku.
Baguslah.. kalau kamu mengerti juga dan kamu menyadari ? kamu memang tidak pantas dilahirkan, karena kamu hanya bisa menyusahkan orang lain dan merepotkan ! “ucap ibuku
“lalu.. gimana dengan ayah bu, gimana dengan sakit yang dialami oleh ayah ? bukanya itu lebih parah dari sakitku, bukankah itu juga membutuhkan biaya yang sangat banyak, bahkan 2 x lipat dari biayaku. Biaya berobatku ? “Ucapku.
“berani sekarang kamu, berani sama ayahmu, mau jadi anak pembangkang kamu ? hah.. ? “ucap ibuku, dan ibu menamparku, menjambak rambutku, dan seketika itu juga aku meninggalkan ayah dan ibu, berlarri menuju kamarku. Tapi.. tiba – tiba kepalu sakit, terasa sesak didadaku, dan aku terjatuh dan pingsan.
Malam hari kemudian..
Ku terbangun, aku mandi, dan aku minum obat, tanpa sarapan. Menulis di buku harianku, menceritakan atas penyesalanku, menceritakan atas kejadian hari ini. Terbesit di otakku, harusnya aku tidak berkata seperti itu pada ibuku, harusnya aku juga tidak ikut marah seperti tu, kasihan ayah, kasihan ayah kalau sampai ayah depresi jika memikirkan perkantaanku tadi.. maafkan aku ayah, aku tidak bermaksud membuatku marah karena aku, maafkan aku ibu, karena aku sudah menjadi anak pembangkang.
Beberapa bulan kemudian..
Berita buruk telah terjadi kepadaku, berita buruk terjadi pada jantungku, apakah ini akan menjadi akhir dari segalanya, tapi, semasih aku bisa berdiri, aku tidak akan nyerah gitu aja, pokoknya hal terpenting kali ini adalah, jangan sampai aku masuk RS lagi, jangan sampai aku masuk ICU lagi. Tapi… disisi lain, hal buruk juga terjadi pada ayahku, sekarang ini ginjalnya benar – benar sudah tidak berfungsi lagi, jalan satu – satunya adalah cuci darah, yang dimana dalam satau minggu bisa 3 – 4 kali cuci darah, dan bahkan dibutuhkan donor ginjal untuk ayah.. agar hidup ayah tidak bergantung dengan cuci darah lagi.
Hari ini, adikku telah sedikit berubah kepadaku, dia mulai bicara kepdaku, dia menanyakan keadaanku. Dan sahabatku, dia selalu ada, selalu ada di setiap hari – hariku. Teman curhat yang tau semuanya tentangku, teman curhat yang selalu mengerti keadaanku.
Beberapa minggu telah berlalu dan bebrapa bulan telah kulewati..
Kondisi jantungku semakin memburuk, apa ini akan menjadi akhir dari segalanya tuhan ? akhir dari penderitaanku ? tapi, aku masih ingin hidup, masih ingin melihat indahnya dunia ini, walaupun aku tidak bisa merasakan keindahanya, aku masih ingin melihat kedua orang tuaku, ingin melihatnya tersenyum, walupun senyumanya bukan untukku.
Ayah.. ayahku kondisinya semakin mengkwatirkan, bisa kulihat dari mukanya yang saat ini merasakan kesakitan, walupun aku tidak tau rasa sakit yang iya rasakan sama seperti rasa sakit yang aku rasakan. Ayah.. lekas sembuh yah, aku sangat menyayangimu, kalau perlu aku mau menggantikanmu. Sembuhlah yah, sembuhlah.. “ucapku lirih, seraya berdoa kepada Hyang kuasa, Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Saat ini sedang dicarikanya ginjal yang cocok dengan ginjal ayahku, semua keluargaku telah diperiksa ginjalnya, apakah ada yang sama dengan ayah atau tidak, sayangnya.. dua hari setelahnya keputusan lab telah keluar, yang menyatakan tidak ada ginjal yang cocok dengan ginjal ayah. Ketika hal ini terjadi semuanya memikirkanku, mekimirkanku karena akulah anggapan mereka yang cocok ginjalnya dengan ayah, karena menurut keluargaku, aku lah satu - satu nya anak yang pasti cocok ginjalnya dengan ayah, karena aku sendiri yang belum memeriksakan diri untuk ini. Iya.. aku memang akan memberikan ginjalku untuk ayah, tapi ? apakah aku bisa hidup dengan satu ginjal ? entahlah.. semua ini masih ku fikirkan “gumamku dalam hati.
11 Agustus 2015
Hari ini, keputusanku sudah bulat, semuanya akan aku lakukan untuk ayahku, sudah kufikirkan bagaimana nasibku, walupun tidak bisa ku tentukan.
Kuperiksakan kecocokan ginjalku dengan ginjal milik ayah, akan ku donorkan ginjalku sebelah untuk ayah, ayah harus sembuh..
Pemeriksaan telah selesai dilakukan, diberikanya amplop dari pihak lab yang mesti dikonsultasikan dengan dokter. Iya.. ginjalku cocok dengan ayah, dan itu artinya ? aku bisa mendonorkan ginjalku sebelah untuk ayah.
Hal yang lain berkata berbeda, kenapa ? karena kata dr. ginjalku yang satunya telah mengalami tanda – tanda kerusakan “walaupun belum rusak saat ini, yang pada intinya akan rusak pada akhirnya, ini di akibatkan obat yang selalu aku konsumsi setiap harinya, yang pada akhirnya aku akan mengalami gagal ginjal juga, ketika ginjalku telah jenuh dengan obat – obatan yang selama ini selalu masuk kedalamnya.
Intinya, sudah ku putuskan, bagaimana pun caranya, ayah harus sembuh, ku katakan kepada dr. “aku akan tetap mendonorkan ginjalku untuk ayahku, bagaimanapun caranya ayahku harus sembuh dok, “ucapku
“tapi, jika itu kamu lakukan, kerja ginjalmu yang satunya akan semakin berat, karena kedua ginjalmu masih tetap utuh sudah mendakan adanya kerusakan,”
“tapi dr. saya ingin ayah saya sembuh dok, itu hanya bisa dilakukan jika saya mendonorkan ginjal saya. “ Ucapku
“iya, saya mengerti, tapi, jika saya melakukan transplantasi ginjal kamu ke ayah kamu, sama saja artinya saya membunuh kamu, apalagi jika itu dilakukan sangat sulit pertimbanganya, karena jantung kamu bermasalah “
“tapi, dok.. keputusan saya sudah bulat, saya akan mendonorkan kedua ginjal saya, karena saya yakin, umur saya tidak akanlah bisa panjang lagi, dan pada akhirnya ginjal saya akan rusak juga kan ? jadi lebih baik di cangkok kan untuk ayah saya, dari pada keluarga saya mengalami nya yang kedua kalinya. “
“oke, iya.. saya akan melakukanya, untuk jadwalnya kapan akan dilakukan, akan saya beritahu selanjutnya, tapi ketika terjadi apa – apa terhadapmu, apa yang harus saya lakukan ? siapa yang akan bertanggung jawab ? karena kemungkinan kecil saya rasa kamu selamat dalam operasi ini.
“dokter tidak perlu bertanggung jawab, saya tidak akan menyalahkan dokter atas apa yang terjadi nanti pada saya, kalau perlu dr. bisa membuatkan surat pernyataan pertanggung jawaban”.
“baiklah, jika itu keputusanmu, jadwal operasinya akan saya beritahu nanti,”.
Keesokan harinya…
Semuanya kulihat tersenyum diruangan ayahku, ketika aku datang semuanya menunjukkan sikap tidak sukanya kepadaku, terutama ibuku,
“ngapain kamu kesini lagi, apakah kamu senang jika ayahmu kamu fikir akan mati, ah… tidak semudah itu. Telah ada pendonor yang mau mendonorkan ginjalnya untuk ayah, bahkan keduanya sekaligus. Seseorang itu memang berhati malaikat.”
“andai ibu tau kalau itu aku, apa aku akan disayangi dan diperhatikan? apa aku akan diberi penghargaan”?.
Beberapa jam sebelum operasi pencangkokan dilakukan, aku menulis sebuah surat untuk semua orang, untuk keluargaku. Entahlah… aku berfikir aku akan meninggalkan mereka selam – lamanya. Rasanya aku sudah sangat lelah, capek menjalani semuanya ini. Surat ini kutitipkan kepada sahabatku, dan akupun berangkat menuju RS untuk melakukan transplantasi.
Seminggu kemudian…
20 Agustus 2015
Akhirnya.. kamu sembuh yah, sekarang kamu akan menjalani hidup normal lagi, tidak perlu melakukan cuci darah lagi. “ucap ibu.
Bu, ibu lihat kakak ndak, dari seminggu ini kakak ndak ada kelihatan, kakak kemana ya bu, apa kakak main kerumah temenya.. ? “ucap adikku
“biarin aja, ibu gak peduli sama kakakmu lagi, mati sekalian juga gak kenapa, ngapain ngurusin orang gak berguna kayak gitu. “ucap ibu.
Datanglah sahabatku dengan membawa sepucuk surat,
Om, tante, selamat siang.. ini ada surat dari Astari.. untuk om, dan tante.. dengan rada penasaran, ibu pun membacakan surat itu..
Untuk semua orang yang sangat aku sayang.. apa kabar semuanya, pasti baik – baik ya, owh iya.. gimana kabar ayah ? pasti udah sembuh sekarang, udah sehat.. semoga dengan ginjalku papa gak cuci darah lagi yah..
Saat kalian baca surat aku, mungkin aku udah ndak disini lagi, akui mungkin udah jauh, jauh ke tempat yang selalu aku inginkan.
Mulai sekarang, tidak akan lagi yang merepotkan kalian, tidak akan ada lagi yang merasa susah karena aku, dan yang pasti ibu sama ayah tidak perlu marah – marah lagi karena biaya berobatku.
Dulu, ketika aku masih disayang sama ibu, aku punya angan. Aku punya cita – cita. Tapi,, ketika penyakit itu menghampiriku, aku mulai menyesal atas cita – citaku, yang tidak mungkin akan terwujud. Ya.. aku punya angan - angan, aku punya cita – cita, tapi.. semua itu telah kandas karena sakit ini. Sakit yang tidak pernah ku inginkan, sakit yang membuat aku dibenci keluargaku, sakit yang sangat membuat aku menderita dalam kesakitan tanpa semangat dari kalian.
Tapi… hari ini sakit ini tak kurasakan lagi, sakit ini telah pergi bersama hilangnya aku, yang tidak kalian inginkan ini, yang ibu sesali karena telah melahirkanku.
Maafkan aku bu, maafkan aku yah, dan semuanya maafkan aku, maafkan aku karena telah membuat kalian marah dan repot selama ini. Selamat tinggal ayah, selamat tinggal ibu. Dan selamt tinggal semuanya. Dan hari ini rasanya hari ulang tahunku yang spesial ya, tidak ada perkataan kalian yang buruk terhadapku lagi. Selamat tinggal..
Seraya dr. pun datang dan memberikan kabar atas kepergian yuni, isak tangis menyelimuti keluarga ini, isak tangis penuh penyesalan, dan yuni dengan ketidak adilan dan perhatian serta kasih sayang keluarga ini, isak tangis menyelimutinya. Walaupun begitu penyesalan selalu datang belakangan, yuni telah pergi untuk selama – lamanya.
Selesai...
Aku bukanya ingin selalu mengeluh atas takdir yang diberikan tuhan saat ini, tapi.. ini terlalu sakit untuk aku menerimanya, yang dimana keluargaku tidak menerima atas sakit yang ku alami saat ini. Iya,, belakangan ini aku mengalami sakit yang mungkin bisa dibilang parah. “Angina gangguan jantung” tapi, seakan akan aku dikucilkan oleh keluargaku. Adik yang sebelumnya sayang kepadaku sekarang sangat membenciku, ibu dan ayahku yang sebelumnya sangat memperhatikanku, kini sangat marah dan seakan akan tidak perduli kepadaku, bahkan beliau pernah memarahiku dengan mengatakan “aku menyesal telah mempunyai anak sepertimu, aku benci punya anak yang sakit – sakitan”. Sangat syukur, karena masih ada sahabatku yang bisa mengerti perasaanku, masih bisa menyayangiku.
Angina, gangguan jantung dimana kurangnya asupan oksigen yang diedarkan melalui pembuluh darah ke jantung. Yang dimana penderita akan merasa kesakitan, yang biasanya terjadi antara 15 – 30 menit. Yang puncaknya diantara menit ke 20-25. Akan merasakan sakit yang luar biasa, yang biasanya akan menjalar sampai ke bahu, rahang, tangan, dan biasanya sampai ke sebagian tubuh. Dan penderitanya pada saat serangan akan memberhentikan aktivitasnya. Biasanya akan berakhir seiring berjalanya menit demi menit berlalu. Dan biasanya terjadi pada orang dewasa, tapi.. inilah takdir, ini terjadi kepadaku, diusia ku yang masih dini. beginilah keadaanku yang aku alami saat ini, merasa kesakitan di atas kesedirian, tanpa semangat dari keluargaku. Tanpa kasih sayang, dan tanpa perhatian. Harusnya aku menyalahkan siapa? Iya.. tidak ada yang bisa aku salahkan, selain menyalahkan diriku sendiri, aku juga tidak bisa menyalahkan tuhan atas yang terjadi padaku saat ini, dan aku juga tidak bisa menyalahkan tuhan mengapa dulu aku dilahirkan kedunia ini.
Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu ku lewati..
Semuanya seakan akan tidak bersahabat denganku, ada apa sebenarnya? Kenapa aku merasa sangat di kucilkan di dunia ini? Apa karena penyakit ini ? apa karena aku sangat sering meerepotkan orang, ? Tuhan, jika seperti ini, bolehkan aku meminta ingin kembali ke asalku, kembali kepadamu, kembali dimana tempat ku sebelum aku di lahirkan ke dunia ini ? maafkan aku tuhan, maafkan atas permintaanku ini, “begitu ucapanku, begitu kata hatiku”.
Semuanya rasanya repot karena aku. Karena anak yang penyakitan ini, karena anak yang tidak diinginkan ini, aku benci diriku, aku benci hidupku.
Beberapa bulan kemudian…
Semuanya semakin memburuk, apalagi di tambah sakitku ini, walaupun pada akhirnya aku tau, aku pasti akan mati karena penyakit ini, memangnya siapa yang mau mendonorkan jantungnya ke aku, ? kecuali orang itu telah meninggal, dan itupun kalu cocok dengan jantungku, dan kalupun ada keluarga yang mau mendonorkannya padaku, dan pada akhirnya akan di lakukan transplantasi jantung kepadaku. Tapi.. ah, aku terlalu berharap, memangnya siapa yang akan mau melakukanya kepadaku ? kepada manusia yang sakit – sakitan ini dan merepotkan banyak orang!
Kabar duka datng kepada keluargaku, kabar yang sangat tidak diinginkan oleh adik dan ibuku, termasuk aku. Ayah.. iya ayahku,, ayahku menderita gagal ginjal ? kenapa? Aku tidak tau apa sebabnya, yang aku tau, beliau memeriksakan dirinya seminggu yang lalu dengan ibuku, karena ayahku merasa sakit dibagian perut kanan bawah. Yang dikira hanya masalah makan saja, yang pada akhirnya didiagnosa gagal ginjal oleh dokter. Semuanya keluargaku terpukul karena hal itu, karena gagal ginjal yang dialami ayahku. Yang dimana harus melakukan cuci darah, yang dalam seminggu nya bisa 2 kali.
Tapi… sejenak ku berfikir..””
Ayahku sakit ? tapi.. banyak yang memperhatikanya, menyemangatinya, bahkan sampai kelurga besar ini menengoknya pulang, beberapa yang lainya membantu biaya cuci darahnya. Sedangkan aku ? iya Aku ? kenapa aku tidak mendapat perlakuan khusus seperti itu? Tidak ada yang memperhatikanku, tidak ada yang menyayangiku saat ini? Kenapa ini tidak adil ? kenapa ini tidak adil untukku, kenapa ?
Beberapa minggu kemudian..
Ayah.. iya, ayahku belakangan ini marah – marah padaku, ibu juga marah padaku, karena apa ? karena biaya obatku, biaya kontrolku ke dr. dan 2 hari lalu, aku bertengkar dengan kedua orang tuaku, aku menuntut keadilan ini, aku menuntut perhatianya, aku menuntut kasih sayang nya.
Kenapa ibu dan ayah tidak menyangiku lagi, kenapa ibu dan ayah tidak memperhatikan ku lagi ‘? Ucapku”
Karena kamu anak yang tidak berguna, karena kamu tidak akan bisa membahagiakan orang tuamu, karena kamu tidak akan bisa membuat kami bangga, dan kamu tidak akan berumur panjang, “ucap Ibuku.
“cukuppppp!!!!!. Oke, aku tidak akan menuntut apapun dari ayah dan ibu, aku tidak akan minta di perhatikan lagi, aku tidak akan minta diberikan kasih sayang lagi. Iya, aku ini anak yang selalu menyusahkan, anak yang selalu merepotkan. Dan asal ayah dan ibu tau, kalau seperti ini akhirnya, aku tidak akan mau dilahirkan. Aku tidak mau dilahirkan kedunia ini” ucapku.
Baguslah.. kalau kamu mengerti juga dan kamu menyadari ? kamu memang tidak pantas dilahirkan, karena kamu hanya bisa menyusahkan orang lain dan merepotkan ! “ucap ibuku
“lalu.. gimana dengan ayah bu, gimana dengan sakit yang dialami oleh ayah ? bukanya itu lebih parah dari sakitku, bukankah itu juga membutuhkan biaya yang sangat banyak, bahkan 2 x lipat dari biayaku. Biaya berobatku ? “Ucapku.
“berani sekarang kamu, berani sama ayahmu, mau jadi anak pembangkang kamu ? hah.. ? “ucap ibuku, dan ibu menamparku, menjambak rambutku, dan seketika itu juga aku meninggalkan ayah dan ibu, berlarri menuju kamarku. Tapi.. tiba – tiba kepalu sakit, terasa sesak didadaku, dan aku terjatuh dan pingsan.
Malam hari kemudian..
Ku terbangun, aku mandi, dan aku minum obat, tanpa sarapan. Menulis di buku harianku, menceritakan atas penyesalanku, menceritakan atas kejadian hari ini. Terbesit di otakku, harusnya aku tidak berkata seperti itu pada ibuku, harusnya aku juga tidak ikut marah seperti tu, kasihan ayah, kasihan ayah kalau sampai ayah depresi jika memikirkan perkantaanku tadi.. maafkan aku ayah, aku tidak bermaksud membuatku marah karena aku, maafkan aku ibu, karena aku sudah menjadi anak pembangkang.
Beberapa bulan kemudian..
Berita buruk telah terjadi kepadaku, berita buruk terjadi pada jantungku, apakah ini akan menjadi akhir dari segalanya, tapi, semasih aku bisa berdiri, aku tidak akan nyerah gitu aja, pokoknya hal terpenting kali ini adalah, jangan sampai aku masuk RS lagi, jangan sampai aku masuk ICU lagi. Tapi… disisi lain, hal buruk juga terjadi pada ayahku, sekarang ini ginjalnya benar – benar sudah tidak berfungsi lagi, jalan satu – satunya adalah cuci darah, yang dimana dalam satau minggu bisa 3 – 4 kali cuci darah, dan bahkan dibutuhkan donor ginjal untuk ayah.. agar hidup ayah tidak bergantung dengan cuci darah lagi.
Hari ini, adikku telah sedikit berubah kepadaku, dia mulai bicara kepdaku, dia menanyakan keadaanku. Dan sahabatku, dia selalu ada, selalu ada di setiap hari – hariku. Teman curhat yang tau semuanya tentangku, teman curhat yang selalu mengerti keadaanku.
Beberapa minggu telah berlalu dan bebrapa bulan telah kulewati..
Kondisi jantungku semakin memburuk, apa ini akan menjadi akhir dari segalanya tuhan ? akhir dari penderitaanku ? tapi, aku masih ingin hidup, masih ingin melihat indahnya dunia ini, walaupun aku tidak bisa merasakan keindahanya, aku masih ingin melihat kedua orang tuaku, ingin melihatnya tersenyum, walupun senyumanya bukan untukku.
Ayah.. ayahku kondisinya semakin mengkwatirkan, bisa kulihat dari mukanya yang saat ini merasakan kesakitan, walupun aku tidak tau rasa sakit yang iya rasakan sama seperti rasa sakit yang aku rasakan. Ayah.. lekas sembuh yah, aku sangat menyayangimu, kalau perlu aku mau menggantikanmu. Sembuhlah yah, sembuhlah.. “ucapku lirih, seraya berdoa kepada Hyang kuasa, Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Saat ini sedang dicarikanya ginjal yang cocok dengan ginjal ayahku, semua keluargaku telah diperiksa ginjalnya, apakah ada yang sama dengan ayah atau tidak, sayangnya.. dua hari setelahnya keputusan lab telah keluar, yang menyatakan tidak ada ginjal yang cocok dengan ginjal ayah. Ketika hal ini terjadi semuanya memikirkanku, mekimirkanku karena akulah anggapan mereka yang cocok ginjalnya dengan ayah, karena menurut keluargaku, aku lah satu - satu nya anak yang pasti cocok ginjalnya dengan ayah, karena aku sendiri yang belum memeriksakan diri untuk ini. Iya.. aku memang akan memberikan ginjalku untuk ayah, tapi ? apakah aku bisa hidup dengan satu ginjal ? entahlah.. semua ini masih ku fikirkan “gumamku dalam hati.
11 Agustus 2015
Hari ini, keputusanku sudah bulat, semuanya akan aku lakukan untuk ayahku, sudah kufikirkan bagaimana nasibku, walupun tidak bisa ku tentukan.
Kuperiksakan kecocokan ginjalku dengan ginjal milik ayah, akan ku donorkan ginjalku sebelah untuk ayah, ayah harus sembuh..
Pemeriksaan telah selesai dilakukan, diberikanya amplop dari pihak lab yang mesti dikonsultasikan dengan dokter. Iya.. ginjalku cocok dengan ayah, dan itu artinya ? aku bisa mendonorkan ginjalku sebelah untuk ayah.
Hal yang lain berkata berbeda, kenapa ? karena kata dr. ginjalku yang satunya telah mengalami tanda – tanda kerusakan “walaupun belum rusak saat ini, yang pada intinya akan rusak pada akhirnya, ini di akibatkan obat yang selalu aku konsumsi setiap harinya, yang pada akhirnya aku akan mengalami gagal ginjal juga, ketika ginjalku telah jenuh dengan obat – obatan yang selama ini selalu masuk kedalamnya.
Intinya, sudah ku putuskan, bagaimana pun caranya, ayah harus sembuh, ku katakan kepada dr. “aku akan tetap mendonorkan ginjalku untuk ayahku, bagaimanapun caranya ayahku harus sembuh dok, “ucapku
“tapi, jika itu kamu lakukan, kerja ginjalmu yang satunya akan semakin berat, karena kedua ginjalmu masih tetap utuh sudah mendakan adanya kerusakan,”
“tapi dr. saya ingin ayah saya sembuh dok, itu hanya bisa dilakukan jika saya mendonorkan ginjal saya. “ Ucapku
“iya, saya mengerti, tapi, jika saya melakukan transplantasi ginjal kamu ke ayah kamu, sama saja artinya saya membunuh kamu, apalagi jika itu dilakukan sangat sulit pertimbanganya, karena jantung kamu bermasalah “
“tapi, dok.. keputusan saya sudah bulat, saya akan mendonorkan kedua ginjal saya, karena saya yakin, umur saya tidak akanlah bisa panjang lagi, dan pada akhirnya ginjal saya akan rusak juga kan ? jadi lebih baik di cangkok kan untuk ayah saya, dari pada keluarga saya mengalami nya yang kedua kalinya. “
“oke, iya.. saya akan melakukanya, untuk jadwalnya kapan akan dilakukan, akan saya beritahu selanjutnya, tapi ketika terjadi apa – apa terhadapmu, apa yang harus saya lakukan ? siapa yang akan bertanggung jawab ? karena kemungkinan kecil saya rasa kamu selamat dalam operasi ini.
“dokter tidak perlu bertanggung jawab, saya tidak akan menyalahkan dokter atas apa yang terjadi nanti pada saya, kalau perlu dr. bisa membuatkan surat pernyataan pertanggung jawaban”.
“baiklah, jika itu keputusanmu, jadwal operasinya akan saya beritahu nanti,”.
Keesokan harinya…
Semuanya kulihat tersenyum diruangan ayahku, ketika aku datang semuanya menunjukkan sikap tidak sukanya kepadaku, terutama ibuku,
“ngapain kamu kesini lagi, apakah kamu senang jika ayahmu kamu fikir akan mati, ah… tidak semudah itu. Telah ada pendonor yang mau mendonorkan ginjalnya untuk ayah, bahkan keduanya sekaligus. Seseorang itu memang berhati malaikat.”
“andai ibu tau kalau itu aku, apa aku akan disayangi dan diperhatikan? apa aku akan diberi penghargaan”?.
Beberapa jam sebelum operasi pencangkokan dilakukan, aku menulis sebuah surat untuk semua orang, untuk keluargaku. Entahlah… aku berfikir aku akan meninggalkan mereka selam – lamanya. Rasanya aku sudah sangat lelah, capek menjalani semuanya ini. Surat ini kutitipkan kepada sahabatku, dan akupun berangkat menuju RS untuk melakukan transplantasi.
Seminggu kemudian…
20 Agustus 2015
Akhirnya.. kamu sembuh yah, sekarang kamu akan menjalani hidup normal lagi, tidak perlu melakukan cuci darah lagi. “ucap ibu.
Bu, ibu lihat kakak ndak, dari seminggu ini kakak ndak ada kelihatan, kakak kemana ya bu, apa kakak main kerumah temenya.. ? “ucap adikku
“biarin aja, ibu gak peduli sama kakakmu lagi, mati sekalian juga gak kenapa, ngapain ngurusin orang gak berguna kayak gitu. “ucap ibu.
Datanglah sahabatku dengan membawa sepucuk surat,
Om, tante, selamat siang.. ini ada surat dari Astari.. untuk om, dan tante.. dengan rada penasaran, ibu pun membacakan surat itu..
Untuk semua orang yang sangat aku sayang.. apa kabar semuanya, pasti baik – baik ya, owh iya.. gimana kabar ayah ? pasti udah sembuh sekarang, udah sehat.. semoga dengan ginjalku papa gak cuci darah lagi yah..
Saat kalian baca surat aku, mungkin aku udah ndak disini lagi, akui mungkin udah jauh, jauh ke tempat yang selalu aku inginkan.
Mulai sekarang, tidak akan lagi yang merepotkan kalian, tidak akan ada lagi yang merasa susah karena aku, dan yang pasti ibu sama ayah tidak perlu marah – marah lagi karena biaya berobatku.
Dulu, ketika aku masih disayang sama ibu, aku punya angan. Aku punya cita – cita. Tapi,, ketika penyakit itu menghampiriku, aku mulai menyesal atas cita – citaku, yang tidak mungkin akan terwujud. Ya.. aku punya angan - angan, aku punya cita – cita, tapi.. semua itu telah kandas karena sakit ini. Sakit yang tidak pernah ku inginkan, sakit yang membuat aku dibenci keluargaku, sakit yang sangat membuat aku menderita dalam kesakitan tanpa semangat dari kalian.
Tapi… hari ini sakit ini tak kurasakan lagi, sakit ini telah pergi bersama hilangnya aku, yang tidak kalian inginkan ini, yang ibu sesali karena telah melahirkanku.
Maafkan aku bu, maafkan aku yah, dan semuanya maafkan aku, maafkan aku karena telah membuat kalian marah dan repot selama ini. Selamat tinggal ayah, selamat tinggal ibu. Dan selamt tinggal semuanya. Dan hari ini rasanya hari ulang tahunku yang spesial ya, tidak ada perkataan kalian yang buruk terhadapku lagi. Selamat tinggal..
Seraya dr. pun datang dan memberikan kabar atas kepergian yuni, isak tangis menyelimuti keluarga ini, isak tangis penuh penyesalan, dan yuni dengan ketidak adilan dan perhatian serta kasih sayang keluarga ini, isak tangis menyelimutinya. Walaupun begitu penyesalan selalu datang belakangan, yuni telah pergi untuk selama – lamanya.
Selesai...
No comments:
Post a Comment